Hari itu, Jum’at, 24 Juli 2020, seusai melakukan shalat Jum’at di masjid kantor, aku menjalani rapid test, ini merupakan ritual 2 minggu sekali untuk mudik ke kampung halaman Surabaya bertemu anak dan istri. Kebetulan ada klinik kesehatan di gedung depan kantorku. Yups, klinik ini jadi rujukan karyawan ketika ingin melakukan perjalanan dinas maupun perjalanan non kedinasan. Hanya untuk mendapatkan ‘Surat Hasil Rapid Test’. Nah loh, buat apa ‘Surat Hasil Rapid Test’ itu? Sejak dibuka kegiatan ekonomi pasca Covid-19 di bulan Juni 2020, kita memasuki fase era adaptasi kebiasaan baru atau istilah kerennya The New Normal, moda transportasi publik pun mulai dibuka secara partial. Dan salah satu syarat menggunakan moda transportasi tersebut yakni menunjukkan ‘Surat Hasil Rapid Test’ kepada petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di bandara/stasiun/terminal.
Tak seperti rapid test 2 minggu sebelumnya dengan Dokter yang sama, lokasi tes yang sama, hari itu, Dokter Aldian namanya melihat hasil rapid test ku reaktif dan menyarankan segera melakukan swab test. Aku lemas saat itu ketika mengetahui hasil reaktif dan segera mengabari my Boss, mr Yusuf. My Boss memintaku segera mem-booking jadwal swab test drive thru. Sore itu, aku memperoleh konfirmasi jadwal swab test dari CS yang tadi siang kuhubungi, Yupss jadwalku Sabtu, 25 Juli 2020 pukul 9 pagi. Lokasinya yang cukup dekat dengan rumah maupun kantor sehingga aku memutuskan melakukan swab test disana. Rumah sakit tempat menjalani swab test itu RS Universitas Indonesia (UI) di kota Depok.
Keesokan harinya, Sabtu, 25 Juli 2020, Si Anjar, driver kantor yang lebih muda 10 tahun dari ku mendatangi rumah untuk mengantarku swab test pukul 9 pagi. Tidak seperti yang ada dalam benakku, aku yang tadinya rapid test hanya untuk mendapatkan ‘Surat Hasil Rapid Test’ malah berbuntut panjang dengan menjalani tes lanjutan untuk memastikan hasil tes benar-benar negatif.
Aku pun menjalani swab test secara drive thru yang berlokasi di parkir mobil lantai 2, RS UI. Sembari menunggu hasil, aku berdoa kepada Allah SWT agar diberi kesehatan lahir bathin, hasil negatif, dan isi dompet pun sehat.?
Sabtu malam, my Boss menelfon ku dan meminta untuk WFH. “Mas, kamu WFH dulu selama hasil swab test belum keluar”, pinta my Boss. “Inggih pak”, sahutku lirih. Waktu itu, si petugas yang mengambil sampel swab test memberitahukan bila hasil diterima dalam 2-3 hari kedepan via e-mail dan kalau ingin surat keterangan hasil swab test (hardcopy) bisa minta ke bagian administrasi RS UI.
Masih inget ndak sobat Cempluk, WFH itu apa? WFH merupakan kepanjangan Work From Home. Istilah ini cukup populer tidak hanya bagi Millenial namun semua masyarakat Indonesia ketika PSBB secara besar-besaran dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk memutus laju penyebaran Covid-19 di bulan Maret 2020.
Weekend ku tak seperti biasa. Menunggu hasil swab test penuh harap dan cemas selama 2 hari kedepan. Minggu, 26 Juli 2020, aku menjalani rutinitas di rumah Jakarta dan pembantu pun kuminta libur dulu sampai dinyatakan negatif. Bu Toing nama pembantu ku bingung, “Loh mas, saya diberhentikan?”. “Bukan bu Toing, saya kasih ibu libur, kan lama ndak liburan sama Keluarga, sementara gaji ibu tetap kok”, jawabku.
Beruntung, selama 2 bulan dari April – Mei 2020, aku mengikuti kelas webinar Mental Fitness 7 Transfer Factors yang digagas oleh Amazing Coach bapak Amin Leiman, founder @Edushine_id. Salah satu dari 7 faktor tersebut adalah memiliki Mental Attitudes, dimana kita tidak boleh terbius oleh pandemi. Implementasi di kehidupan dengan memiliki sikap Mental Attitudes yakni me-reset mindset untuk menerima apapun yang terjadi pada hari ini dan memiliki kesabaran dengan lingkungan di sekitar kita agar selalu bisa menjaga energi tetap positif setiap hari. Hari itu, aku pun mensugesti diriku menuju alam bawah sadar, Aku Sehat.. Aku Sehat.. Aku Sehat… Dan memang kondisi ku sehat, tidak batuk, tidak demam, hanya pusing ketika dompet tipis.?
Mental Fitness Seven Transfer Factors
Peserta training Certified Mental Energizer by @Edushine_id
Senin, 27 Juli 2020, aku menjalani WFH untuk pertama kali berdiam diri di rumah, melakukan aktivitas bekerja dari rumah sejak mulai diberlakukan adaptasi kebiasaan baru di bulan Juni 2020. Internal meeting Departemen Luar Negeri dimulai pukul 9 pagi melalui Vicon, bagiku dan tim kantor, Zoom Meeting atau Vicon merupakan hal biasa, kebiasaan baru yang menjadi daily activity. Pertanyaan pertama Rekan Kerja, “mas Andi, bagaimana kondisinya?”. Dengan rasa yakin kujawab: “Alhamdulillah, kabar Andi baik dan sehat. Terima kasih”.
Aktivitas produktif dan sehat mulai kubangun sejak awal mulai masuk kantor pada bulan Juni 2020. Memulai pagi dengan beribadah dilanjutkan dengan olahraga lari treadmill minimal 30 menit setiap hari, bila bosan aku mengganti dengan gowes minimal 20 km. Sebelum ngantor, aku menyempatkan minum vitamin C, Nutrilite Double X.
Keesokan hari, Selasa, 28 Juli 2020, seperti biasa, aku melakukan aktivitas kantor secara WFH. Tepat jam dinding menunjukkan pukul 12, terdengar bunyi notifikasi e-mail dari hape ku. Kulihat sekilas subject e-mail, Yups.. e-mail itu dari RS UI. Sebelum membaca hasil swab test, aku menyempatkan membaca istighfar dan berdoa agar diberi kesehatan. Foilaaa…. Astagfirullah, aku shock, hasil swab test ku positif, aku menjadi OTG (Orang Tanpa Gejala). ? Berita OTG klaster perkantoran di Jakarta yang biasa kutonton di televisi, kini aku seakan masuk dalam berita itu.?
Aku menjadi OTG Klaster Perkantoran di Jakarta
Aku menutup jendela e-mail dan menjauhkan pikiran buruk yang terlintas dalam benak ku. Sembari aku mengungkapkan rasa syukur kehadiratNYA, Allah Maha Baik, hasil ini menjaga Keluargaku di Surabaya. Andai tidak menjalani swab test dan aku memaksakan pulang, mungkin berimbas pada keluarga kecil ku dirumah. Maklum saja, istriku baru lahiran anak ketiga, cowok ganteng seperti bapaknya, imut, dan lucu. hehe. Langkah pertamaku saat itu adalah menyapa my Boss untuk memberitahukan hasil swab test dan melapor kepada gugus tugas kantor untuk mendapatkan arahan.
Hari selasa, nama ku dan my Boss meroket bak artis Tik Tok.? Lantai basement tempatku bekerja seketika itu lock down, seluruh karyawan diminta rapid test dan aktivitas dialihkan WFH sejak selasa, 28 Juli – Minggu, 2 Agustus 2020, sesuai arahan gugus tugas kantor. Pada hari yang sama, hasil rapid test tim seruangan dengan ku menunjukkan hasil non-reaktif. “Alhamdulillah, lagi-lagi Allah Maha Baik”, batinku. Namun arahan gugus tugas kantor menginstruksikan agar seluruh tim Departemen Luar Negeri wajib melanjutkan swab test meski hasil rapid test menunjukkan non-reaktif.
Aku pun mulai mengisi form tracing aktivitas selama 2 minggu kebelakang, dan diminta isolasi mandiri 14 hari, sesuai instruksi gugus tugas kantor.
Selain melaporkan ke gugus tugas kantor, aku pun menyapa pak RT di rumah Jakarta. Maklum, rumahku berkonsep cluster dengan penghuni yang cukup padat. Aku tinggal sendiri di rumah, jadi nyaman dan aman untuk melakukan isolasi mandiri. “Assalamualaikum, pak RT, saya OTG nih, mohon saran?”, sapaku ke pak RT. Beliau dengan santai membalas telfonku, “Ya mas Andi istirahat saja dirumah, isolasi mandiri secara ketat, tidak boleh keluar rumah ya, kalo perlu makan bisa order Go-Food, atau nanti saya kirimin kalo si mbak masak”.
Malam itu, aku juga meminta saran kepada orang tuaku, seorang Ayah yang juga dokter di RS AL dr Ramelan. Beliau berpesan: tidak perlu memikirkan hasil swab test, lakukan isolasi mandiri apabila tidak ada gejala, jalani aktivitas dengan bahagia dirumah, konsumsi vitamin C (minum buah lemon plus madu atau minum suplemen vitamin C), jalani olahraga rutin tiap pagi, berjemur ketika pukul 10pagi (cukup 15 menit), dan perbanyak istighfar.
Rabu, 29 Juli 2020, aku mengikuti arahan Ayahku dengan olahraga pagi dirumah. Blessing in diguise, aku bisa memiliki cukup waktu untuk beristirahat, beribadah secara tepat waktu dirumah, memperbanyak membaca Al Qur’an, melakukan kegiatan santai dirumah, seperti: nonton netflix, drama korea “Itaewon Class”, dan menyapa keluarga dirumah melalui Vicon.
Hari itu, rasa simpati dan doa banyak berdatangan via pesan teks maupun telfon dari Direktur yang membawahi Departemen Luar Negeri, Kepala Divisi, rekan kerja maupun keluarga, dan aku merasakan energy of happiness itu mengalir dalam tubuhku. Hampir mirip seperti dukungan suporter Liverpool kepada tim idolanya dengan menyanyikan lagu You’ll Never Walk Alone, yang berarti kamu tidak akan pernah berjalan sendiri. Selain ucapan, aku juga mendapatkan kultum yang berharga dari bapak Ario, ketua gugus tugas kantor yang sekaligus Kepala Divisi QSHE, pagi itu beliau berpesan agar selalu ingat kepada Allah SWT, Sang Pencipta (perbanyak istighfar).
Vicon bareng Sahabat ketika menjalani isolasi mandiri
Hal terpenting bagi Sobat Cempluk yang mendapati Tetangga/Rekan kerja/Keluarga yang berstatus OTG/Positif Covid-19 yakni jangan jauhi atau abaikan mereka. Pasien suspect Covid-19 ingin menjaga orang-orang yang ada disekelilingnya agar tidak tertular dengan cara melakukan isolasi mandiri. Penting bagi kita untuk bergotong royong, mendukung mereka baik moril maupun materiil.
Alhamdulillah..hasil swab test 2 kali negatif
2 Hari sejak dinyatakan positif Covid-19, tim dokter memintaku untuk melakukan swab test kembali. Kamis, 30 Juli 2020, aku dan serombongan karyawan dari Anak Perusahaan juga mengantri untuk melakukan swab test siang itu.
Aku jadi teringat akan momen yang sudah kulupakan pada hari itu, Yups.. momen dimana aku memiliki tiket Citilink rute Halim – Juanda tuk pulang kampung disaat esok merupakan momen Idul Adha yang rencananya bisa berkumpul keluarga.
3 hari kemudian, 2 Agustus 2020 ada pesan masuk dari bapak Ario, Kepala Divisi QHSE ditempatku bekerja, “Mas Andi, Alhamdulillah untuk hasil swab test mu negatif. Namun kamu tetap isolasi mandiri ya sambil menunggu jadwal swab test kedua”. Informasi tersebut membuatku bahagia dan lagi-lagi Allah Maha Baik, ungkapan rasa syukur penuh keharuan menutup pesan singkat tersebut.
Berhubung banyak permintaan untuk menyampaikan kiat-kiat sembuh dari Covid-19, aku ingin sharing based on my self experience untuk suplemen yang kuminum setiap hari (tidak bermaksud iklan/promosi ya Sobat Cempluk!).
- Pagi & sore: minum suplemen nutrilite double X @ 1 kapsul jadi total 6 kapsul perhari (ada 3 kapsul dalam 1 kemasan), suplemen 4life transfer factor @ 2 kapsul jadi total 4 kapsul perhari.
- Siang: Perasan buah lemon kucampur 2 sendok makan madu lalu masukkan air putih setengah gelas dan aduk merata @ 1 kali minum, suplemen omega 3 @ 1 kapsul.
Diluar suplemen tersebut, aku menyiapkan tumbler starbucks untuk kuisi air hangat yang kuminum setiap saat. Bahkan tiap saat pun kerap ingin buang air kecil, karena sangking banyaknya minum air. Selain itu, aku melakukan kegiatan olahraga lari dengan treadmill setiap hari (30 menit) dan berjemur selama 15 menit dimulai pukul 10pagi.
Untuk memenuhi kebutuhan makan harian selama isolasi mandiri, aku kerap memasak menu sederhana ala anak kost, nasi dan telur dengan sambal kecap, kalau kurang pedas ditambah boncabe level 15. Terkadang ada kiriman dari Pak RT, dan juga rekan kantor. Bersyukur banget atas kelimpahan dan kebaikan orang-orang disekelilingku. Kalau bosan, aku order go-food, tergantung isi dompet sedang sehat atau kering.?
1 minggu setelah swab test yang pertama, 5 Agustus 2020, Dokter Aldian meminta ku untuk dilakukan swab test kedua dari negatif pertama. Dan selang 1 hari, hasil swab test kedua pun keluar. Yay, Alhamdulillah, ternyata hasil swab test kedua ku kembali negatif. Seketika itu kusampaikan ke istri dan keluargaku, gugus tugas kantor dan myBoss perihal hasil swab test ku sudah dua kali negatif.
Aku pun sudah diperbolehkan beraktivitas ke kantor dengan mematuhi protokol kesehatan tentunya. Selalu gunakan masker ketika di kantor atau keluar ruangan, ketika tiba di kantor selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, gunakan siku untuk membuka pintu dan menekan tombol lift, tidak berkerumun dan menjaga jarak, dan upayakan melakukan aktivitas meeting/pertemuan secara virtual tuk membatasi kontak langsung.
Itulah ceritaku untuk sembuh dari Covid-19, jangan sepelekan virus ini, ikuti protokol kesehatan dengan baik dan miliki tameng perlindungan diri agar selalu berpikir Positif dan bahagia…? Dan terima kasih untuk keluargaku, rekans kantor, rekan kuliah, tetangga rumah Jkt, dan semuaanya atas dukungan dan doa yang kalian berikan untukku, Jazakallahu Khairan.
Stay Healthy & Keep Being Amazing, Sobat Cempluk!
Yuk ikutan, free course @edushine_id bareng Amazing Coach, Amin Leiman
August 11, 2020
Positif thinking (menimbulkan energi positif dlm tunuh), selain ihtiar doa dan aktifitas jaga kesehatan (berjemur, treadmill, olga sederhana didlm rumah)
Alhamdulillah doa keluarga yg dikabulkan Allah, utk kesembuhan mas Andi ???